Angkringan Lik Man Jogja
Angkringan Lik Man merupakan angkringan legendaris,
sebab pedagangnya adalah generasi awal pedagang angkringan di Yogyakarta
yang umumnya berasal dari Klaten. Lik Man yang bernama asli Siswo
Raharjo merupakan putra Mbah Pairo, pedagang angkringan pertama di
Yogyakarta yang berjualan sejak tahun 1950-an. Warung berkonsep
angkringan yang dulu disebut 'ting ting hik' diwariskan kepada Lik Man tahun 1969. Sejak itu, menjamurlah angkringan-angkringan lain.
Begitu sampai di angkringan yang buka pukul 18.00 ini,
anda bisa memesan bermacam minuman yang ditawarkan, panas maupun dingin.
Pilihan minuman favorit adalah Kopi Joss, kopi yang disajikan panas
dengan diberi arang. Kelebihan kopi itu adalah kadar kafeinnya yang
rendah karena dinetralisir oleh arang. Tak usah khawatir itu hanya
mitos, sebab Kopi Joss lahir dari penelitian mahasiwa Universitas Gadjah
Mada yang kebetulan sering nongkrong di Angkringan Lik Man.
Berbagai makanan juga disediakan, ada sego kucing
berlauk oseng tempe dan sambal teri hingga gorengan dan jadah (makanan
dari ketan yang dipadatkan berasa gurih) bakar. Sego kucing di
Angkringan Lik Man yang harganya Rp 1.000,00 tak kalah lezat dengan
masakan lainnya sebab nasinya pulen dan oseng tempe dan sambal terinya
berbumbu pas. Menikmati sego kucing yang selalu disajikan dalam keadaan
hangat dengan lauk gorengan atau sate telur selain lezat juga tak
menguras uang.
Jika menjumpai makanan dalam keadaan dingin, anda dapat
meminta penjual untuk menghangatkannya dengan cara dibakar. Lauk pauk
yang menjadi lebih lezat ketika dibakar adalah mendoan (tempe goreng
tepung), tahu susur, tempe bacem, endas (kepala ayam) dan tentu
saja jadah. Bila tak nyaman makan dengan bungkus nasi saja atau anda
makan dalam jumlah banyak, penjual angkringan menyediakan piring untuk
menyamankan acara makan anda.
Anda bisa memilih tempat duduk di dua tempat yang
disediakan. Jika ingin berbincang dengan pedagang, anda bisa duduk di
dekat bakul atau anglo. Selain dapat bercerita dengan Lik Man, duduk di
dekat bakul akan mempermudah jika ingin tambah makanan. Tetapi bila
ingin lebih berakraban dengan teman, anda bisa duduk di tikar yang
digelar memanjang di trotoar seberang jalan. Tak perlu khawatir ruang
yang tidak cukup sebab panjang trotoar yang digelari tikar hampir 100
meter.
Sambil duduk, anda diberi kebebasan untuk berbicara
apapun. Orang-orang yang sering datang ke angkringan ini membicarakan
berbagai hal, mulai tema-tema serius seperti rencana demostrasi dan tema
edisi di majalah mahasiswa hingga yang ringan seperti kemana hendak
liburan atau sekedar tertawaan tak jelas yang sering disebut dengan gojeg kere. Tak ada larangan formal, tetapi yang jelas perlu menjaga budaya angkringan, yaitu tepo sliro (toleransi), kemauan untuk berbagi dan biso rumongso (menjaga perasaan orang lain). Bisa diartikan tak perlu berebut tempat dan menghargai orang lain yang duduk berdekatan.
Sejumlah tokoh terpandang telah menjadikan Angkringan
Lik Man sebagai tempat menikmati malam. Ada Butet Kertarajasa, Djaduk
Ferianto, Emha ainun Nadjib, Bondan Nusantara hingga Marwoto. Maka, tak
seharusnya anda melewatkan suasana malam kota Yogyakarta tanpa
berkunjung ke Angkringan Lik Man. Nikmatilah nuansa yang pernah
dinikmati oleh banyak orang Yogyakarta dan sejumlah tokoh yang disebut
di atas.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Singgih Dwi Cahyanto
Copyright © 2006 YogYES.COM
Sumber : Angkringan Lik Man
Photo & Artistik: Singgih Dwi Cahyanto
Copyright © 2006 YogYES.COM
Sumber : Angkringan Lik Man
0 komentar:
Posting Komentar