NASI GORENG BERINGHARJO Jogja
Nasi Goreng Beringharjo, kini bisa dijumpai di Jalan Mataram,
tepat di pertigaan ketiga sebelah kiri jalan yang menuju ke pasar
bersejarah di Yogyakarta itu. Sebelum penghujung tahun 2004, tepatnya
sebelum ada pembersihan pedagang kaki lima di wilayah tersebut, nasi
goreng itu bisa ditemui di pertigaan menuju kawasan Shopping yang kini
dirombak menjadi Taman Pintar, Taman Budaya Yogyakarta dan Pusat
Penjualan Buku.
Nasi goreng ini adalah salah satu yang pantas dicicipi
sebab kelezatannya telah diakui banyak orang dan dikenal sejak tahun
1960-an, saat sang penjual memulai bisnisnya. Tak perlu menunggu lama
jika hendak mencicipinya, sebab penjual biasanya memasak nasi goreng
langsung dalam jumlah besar sehingga bisa dihidangkan dalam waktu cepat.
Anda bisa datang mulai pukul 18.00 WIB hingga sekitar pukul 23.00 WIB
bila ingin mencicipinya, serta bisa memilih ingin duduk lesehan atau di
kursi yang tersedia.
Menyantap nasi goreng ini, anda akan merasa seperti
mendengarkan sepiring cerita tentang akulturasi Jawa Cina. Jenis masakan
nasi goreng sendiri misalnya, sebenarnya berasal dari daratan Cina yang
kemudian 'bermigrasi' ke Indonesia. Mulanya, nasi goreng muncul dari
tradisi bangsa Cina yang tak ingin membuang nasi sisa, sehingga nasi
tersebut diolah dengan bumbu-bumbu yang tersedia, seperti bawang merah,
bawang putih dan kecap. Ketika bangsa Cina mulai berdatangan ke
Indonesia, masakan itu pun mulai dikenal oleh warga negara Indonesia dan
berangsur menjadi satu dengan masakan Indonesia sendiri.
Bukti akulturasinya adalah adanya berbagai variasi nasi
goreng, mulai nasi goreng ayam, nasi goreng sea food, nasi goreng
kambing, bahkan nasi goreng pete yang notabene bumbu khas Indonesia.
Rasanya pun bermacam-macam, ada yang lebih menonjolkan citarasa bawang
putih, ada pula yang menonjolkan citarasa bahan tambahannya, misalnya
ayam. Nasi goreng Beringharjo memilih memasak nasi goreng ayam dan babi.
Bicara tentang kecap sebagai salah satu bumbunya, itu
pun menyimpan cerita tentang penyesuaian bangsa Cina ketika tinggal di
Jawa. Kecap, sebenarnya bernama kie tjap, dibuat dari sari ikan yang
difermentasikan. Ketika bangsa Cina tinggal di Jawa dan menemukan bahwa
kedelai lebih murah dibandingkan ikan, bahan baku pembuatan kie tjap pun
diubah menjadi dari kedelai. Akibatnya, kie tjap pun tidak lagi
memiliki citarasa ikan, tetapi hanya berasa manis untuk kecap manis,
begitu pula nasi goreng. Citarasa bawang putih yang sangat kuat pun juga
menjadi ciri masakan-masakan yang berasal dari Cina.
Meski akibat akulturasi itu terdapat banyak sekali nasi
goreng di hampir setiap sudut gang, Nasi Goreng Beringharjo tetap
memiliki kekhasan. Proses memasak misalnya, tak seperti nasi goreng lain
yang memasak dalam jumlah kecil. Sekali masak, penjual bisa menuangkan
nasi sebanyak setengah bakul di wajan super besar yang telah diisi oleh
bumbu khusus. Disebut bumbu khusus karena ia tak lagi meracik di tempat
penjualan, tetapi sudah dalam bentuk campuran yang siap untuk melezatkan
nasi goreng.
Daging ayam atau babi ditambahkan pada saat nasi goreng
telah ditaruh dalam piring. Selain itu, ditambahkan pula beberapa iris
tomat, kol, daun seledri, telur dadar bulat dan acar sebagai pelengkap.
Sepiring nasi goreng berharga Rp 5.000,00 untuk daging ayam dan Rp
6.000,00 untuk daging babi. Karena lezat, banyak pengunjung memesan nasi
dalam porsi yang lebih besar, mulai dari 1,5 hingga 2 porsi langsung
untuk satu orang.
Rasa nasi goreng ini bisa dikatakan pas, tak terlalu
manis juga tidak terlalu asin. Aroma bawang putihnya tak begitu kuat
namun tetap terasa. Nah, bagaimana, tertarik mencicipinya? Selain nasi
goreng, tersedia juga bakmi dan bihun serta babi kecap yang tak kalah
nikmat.
Sumber : Nasi Goreng Beringharjo
o
0 komentar:
Posting Komentar